Jumat, 04 Maret 2011

PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER

Pernahkah anda bertanya kepada diri sendiri, “Siapakah saya ? Apa karakter saya ? Kepribadianku ? Apa kelebihan dan kekurangan saya ? Mengapa saya bisa seperti ini ? Mengapa saya berbeda ? Dan Bagaimana saya menjadi seperti sekarang ini ?”
Kerinduan untuk mengenal bagian terdalam diri anda itu wajar dan alamiah sebagai seorang manusia. Sebab hanya manusialah yang mempunyai kesadaran diri untuk bisa berpikir seperti ini. Nah, pertanyaannya adalah bagaimana proses pembentukan karakter saya ? Bisakah saya mengambil bagian dalam tahapan – tahapan perekembangan karakter saya ? Atau, jika anda telah menjadi seorang ayah atau ibu, bisakah kami berperan dalam proses pendidikan karakater anak – anak kami ? Dan bagaimana caranya ? Apa yang harus kami pelajari dan kami ketahui ? Marilah kita simak sama – sama jawaban dari semua pertanyaan tadi...
TEORI PEMBENTUKAN KARAKTER
Ada banyak teori tentang pembentukan karakter yang bisa anda baca. Salah satunya adalah teori kode warna manusia yang dicetuskan oleh Taylor Hartman, Phd. Saya suka dengan teori kepribadiannya karena membagi manusia berdasarkan motif dasarnya. Jika anda tertarik untuk menggali lebih dalam teori ini silahkan anda baca dulu resensi buku The Color Code yang sudah saya tulis beberapa tahun yang lalu.
Nah, dari berjuta – juta buku psikologi yang membahas mengenai pembentukan karakter manusia itu, Stephen Covey melalui bukunya 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif, menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu :
1. Determinisme Genetis, pada dasarnya mengatakan kakek-nenek andalah yang bebuat begitu kepada anda. Itulah sebabnya anda memiliki tabiat seperti ini. Kakek-nenek anda mudah marah dan itu ada pada DNA anda. Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan anda mewarisinya. Lagipula, anda orang Irlandia, dan itu sifat orang Irlandia.
2. Determinisme Psikis, pada dasarnya orangtua andalah yang berbuat begitu kepada anda. Pegasuhan anda, pengalaman masa anak-anak anda pada dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter anda. Itulah sebabnya anda takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara orang tua anda membesarkan anda. Anda merasa sangat bersalah jika anda membuat kesalahan karena anda “ingat jauh di dalam hati tentang penulsan naskah emosional anda ketika anda sangat rentan, lembek dan berbantung. Anda “ingat” hukuman emosional, penolakan, pembandingan dengan orang lain ketika anda tidak berprestasi seperti yang diharapkan.
3. Determinisme Lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos anda berbuat begitu kepada anda – atau pasangan anda, atau anak remaja yang berandal itu, atau situasi ekonomi anda, atau kebijakan nasional. Sesorang atau sesuatu di lingkungan anda betanggungjawab atas situasi anda.
Menurut teori perkembangan karakter Determinisme Genetis, jawaban atas pertanyaan, “Mengapa karakter saya seperti ini ?” adalah karena anda memang dilahirkan dengan gen seperti itu. Karakter keras kepala anda itu karena anda adalah orang Batak, bukankah semua orang batak memang keras kepala ? Sebagai seorang Madura, anda memiliki DNA ngeyel dan gak mau mengalah ! He…he…he… Atau siapa sih yang gak tahu kalo kebanyakan orang cina itu pedagang yang ulet ?
Jika teori Determinisme Psikis yang menjadi jawaban atas kelebihan dan kekurangan kepribadian anda, maka salahkan orang tua anda yang kurang pandai mendidik ketika anda masih kecil. Demikian pula jika dalil Determinisme Lingkungan yang menjadi jawaban atas hidup anda yang serba kekurangan dan jauh dari cukup. Silahkan anda menyalahkan kelahiran anda di negeri Indonesia ini, atau salahkan bos anda yang terlalu pelit dan tidak bisa menghargai karyawannya.
Sampai saat ini pengetahuan yang sama – sama kita miliki adalah bahwa karakter kita dibentuk sedemikian rupa sehingga kita tidak memiliki kuasa ataupun kemampuan untuk turut campur dalam proses perkembangannya. Namun benarkah demikian ? Tidak adakah sesuatu yang dapat kita lakukan pak Wapan ? Please deh….